halaman 8


·         Prasasti Ciampea atau Ciaruten menyebutkan tentang bekas dua kaki seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki yang Mulia Purnawarman, raja dari negeri taruma.
·         Prasasti kebon kopi di kampung Muara Hilir Cibungbulang yg menarik dari prasati ini adalah adanya dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata (gajah kendaraan dewa wisnu).
·         Prasasti Koleangkak atau Prasasti jambu menyebutkan tentang kegagahan dan keperkasaan raja Purnawarman yang mengenakan baju ziarah (varman).
·         Prasasti Pasir Awi dan Muara Ciatenprasasti yang berhuruf ikal ini sampai sekarang belum dapat dibaca.
·         Prasasti Cidanghiang atau Lebak di temukan tahun 1947 di daerah lebak, Munjul, Padeglang. Prasasti ini menyebutkan tentang keperwiraan, keagungan, dan kebenaran dari Punawarman.
·         Prasasti Tugu di temukan di desa Tugu di daerah Cilincing, jakarta. Prasasti ini merupakan prasasti terpanjang. Isi prasasti ini menyebutkan tentang penggalian sungai Candrabhaga oleh raja purnawarman. Penggalian tersebut dimaksudkan untuk menanggulangi banjir, juga penggalian sungai gomati yang panjangnya 11 km serta selamatan dimana raja menghadiahkan 1000 ekor sapi kepada brahmana.
·         Arca Rajasi yang mempunyai trinetra, jadi merupakan area Syiwa.
·         Dua Arca Wisnu.
·         Berita dari Cina yaitu Fa-Hien (414 M), yang memnyebutkan tentang banyaknya kaum Brahhmana. Di samping itu juga ada berita-berita lain dari Cinta antara lain menybutkan nama Tolomo untuk menyebut Taruma.
§  Kehidupan sosial kerajaan Tarumanegara, dalam prasati Tugu disebutkan bahwa raja Purnawarman pernah memimpin penggalian saluran Sungai Gomati untuk kepentingan sosial. Dilihat dari cerita prasati Tugu ini, maka kehidupan kerajaan Tarumanegara memiliki jiwa gotong royong yang sangat kuat. Sumber lainnya dari infomasi cina, yang menjelaskan bahwa dikerajaan Tarumanegara memiliki sedikit penganut agama budha. Jadi sebagian besar penganut agama hindu. Padahla kedua agama ini di india saling bertentangan, tetapi pada kerajaan Tarumanegara kedua pemeluk agama yang berbeda ini hidup saling berdampingan. Dengan demikian dapat disimpulkan kerajaan Tarumanegara memiliki sikap toleransi dan hidup rukun yang amat kuat.